MEJAN PAKPAK
MEJAN

Mejan adalah patung batu, merupakan kebanggaan dan kemasyuran Suku Pakpak yang mengandung nilai budaya yang sangat tinggi . Mejan juga merupakan lambang kebesaran suku / marga Pakpak. Jaman dahulu fungsi mejan dijadikan sebagai benteng pertahanan terhadap musuh yang akan masuk ke suatu daerah atau kampung. Konon pada jaman dahulu Mejan dapat bersuara apabila musuh datang memasuki kampung . Mejan juga bersuara apabila suatu kampung akan mengalami suatu kejadian. Mengapa mejan bisa bersuara ? Karena Mejan pada jaman dahulu diyakini ada Nanggurunya ( Pengian / Pengisi batu mejan ) . Nangguru yang tinggal di batu Mejan itu adalah Roh Nenek Moyang yang dipanggil melalui suatu ritual. Membuat mejan membutuhkan waktu yang sangat lama ,biaya yang sangat besar dan syarat-syarat spritual . Mejan sangat diyakini suku Pakpak dan dapat dibuktikan hasyatnya. Kampung yang memiliki mejan terbukti tidak mudah dimasuki musuh. Contohnya seseorang yang akan masuk suatu kampung yang memiliki Mejan dan mempunyai maksud yang tidak baik dapat berkeliling kampung tanpa tahu arah dan tujuan .
Seiring dengan datangnya agama maka fungsi mejan sekarang hanyalah menjadi benda-benda bersejarah. Tapi yang anehnya sekarang ditemukan banyak mejan yang tidak punya kepala. Hilang dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Bagi kalangan tertentu (kalangan mistis) mereka meyakini bagian kepala patung mejan masih dihuni oleh nangguru. Dan perlu ritual untuk memanggil nanggurunya kembali. Yang fungsinya yaitu menjaga rumah dan menjaga ladang ataupun fungsi yang lebih besar. Seperti yang terjadi pada tahun 2005 Mejan Solin di Natam hampir dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab dari luar Daerah Kabupaten Pakpak Bharat. Tapi dapat diselamatkan dan Pencurinya ditangkap oleh Pihak yang berwajib. Akan tetapi Mejan Marga Manik tidak dapat diselamatkan dan telah hilang dicuri oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Mejan yang rata-rata hilang adalah mejan yang masih utuh atau masih ada kepalanya. Pada Tahun Anggran 2006 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui bidang Kebudayaaan telah mengucurkan dana dari APBD untuk memelihara Mejan tersebut. Semoga Benda-benda Bersejarah Suku Pakpak seprti Mejan ini masih bisa dilihat oleh anak cucu kita.
Pantun "UMPAMA" dalam bahasa pakpak
Sada mo nina lubang ni sige
Sada mamo mahan ngerit ngeriten
Sai mersada mo kita karina
Nalako ki pe maju suku nta en
Kabang mo nina kaliki
Seng ngep i babo pola
Manang i dike pe kita bagendari
Dak mersada mo atenta
SURAT AKSARA PAKPAK

Dalam tulisan ini hanya memperkenalkan pada kita SUrat Aksara Pakpak, dan tata cara penulisan dan pembacaan Surat Aksara Pakpak. Surat Aksara Pakpak disebut juga Surat Pustaha. Surat Pustaha memiliki tiga bagian terpenting yaitu INDUNG SURAT, ANAK SURAT dan ANGKA. Surat Pustaha pakpak dalam penulisan berbeda dengan huruf yang kita pergunakan saat ini, ketiga bagian tersebut jika diartikan dalam bahasa indonesia adalah INDUNG SURAT = HURUF, ANAK SURAT = TANDA BACA dan ANGKA.
Dalam penulisan dan Surat Aksara Pakpak tidak jauh berbeda dengan surat surat aksara sub suku di sumatera utara kecuali melayu dan nias.Namun dalam pengucapan dan penekanan intonasi sangat berbeda. surat aksara pakpak hampir sama dengan surat aksara karo. Kesamaan bahasa ditemukan pada pengucapan maupun penulisan . Perbedaan hanya pada bberapa penulisan Indung Surat.
Seiring dengan datangnya agama maka fungsi mejan sekarang hanyalah menjadi benda-benda bersejarah. Tapi yang anehnya sekarang ditemukan banyak mejan yang tidak punya kepala. Hilang dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Bagi kalangan tertentu (kalangan mistis) mereka meyakini bagian kepala patung mejan masih dihuni oleh nangguru. Dan perlu ritual untuk memanggil nanggurunya kembali. Yang fungsinya yaitu menjaga rumah dan menjaga ladang ataupun fungsi yang lebih besar. Seperti yang terjadi pada tahun 2005 Mejan Solin di Natam hampir dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab dari luar Daerah Kabupaten Pakpak Bharat. Tapi dapat diselamatkan dan Pencurinya ditangkap oleh Pihak yang berwajib. Akan tetapi Mejan Marga Manik tidak dapat diselamatkan dan telah hilang dicuri oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Mejan yang rata-rata hilang adalah mejan yang masih utuh atau masih ada kepalanya. Pada Tahun Anggran 2006 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui bidang Kebudayaaan telah mengucurkan dana dari APBD untuk memelihara Mejan tersebut. Semoga Benda-benda Bersejarah Suku Pakpak seprti Mejan ini masih bisa dilihat oleh anak cucu kita.
Pantun "UMPAMA" dalam bahasa pakpak
Sada mo nina lubang ni sige
Sada mamo mahan ngerit ngeriten
Sai mersada mo kita karina
Nalako ki pe maju suku nta en
Kabang mo nina kaliki
Seng ngep i babo pola
Manang i dike pe kita bagendari
Dak mersada mo atenta
Sada mamo mahan ngerit ngeriten
Sai mersada mo kita karina
Nalako ki pe maju suku nta en
Kabang mo nina kaliki
Seng ngep i babo pola
Manang i dike pe kita bagendari
Dak mersada mo atenta
SURAT AKSARA PAKPAK
Dalam tulisan ini hanya memperkenalkan pada kita SUrat Aksara Pakpak, dan tata cara penulisan dan pembacaan Surat Aksara Pakpak. Surat Aksara Pakpak disebut juga Surat Pustaha. Surat Pustaha memiliki tiga bagian terpenting yaitu INDUNG SURAT, ANAK SURAT dan ANGKA. Surat Pustaha pakpak dalam penulisan berbeda dengan huruf yang kita pergunakan saat ini, ketiga bagian tersebut jika diartikan dalam bahasa indonesia adalah INDUNG SURAT = HURUF, ANAK SURAT = TANDA BACA dan ANGKA.
Dalam penulisan dan Surat Aksara Pakpak tidak jauh berbeda dengan surat surat aksara sub suku di sumatera utara kecuali melayu dan nias.Namun dalam pengucapan dan penekanan intonasi sangat berbeda. surat aksara pakpak hampir sama dengan surat aksara karo. Kesamaan bahasa ditemukan pada pengucapan maupun penulisan . Perbedaan hanya pada bberapa penulisan Indung Surat.